Minggu, 21 November 2010

DO’A YANG MISTERIUS

Memasuki bulan Dzulhijjah 1431 Hijriyah, Indonesia kembali didera musibah yang bertubi-tubi, sudah sepantasnya kita sebagai makhluk, menyikapinya dengan senantiasa sabar dan sholat. Firman Alloh: “Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk”.(Q.S.2:45). Sabar bukan berarti diam, tetapi sabar merupakan aktivitas positif dengan segenap upaya mempertahankan diri ketika menghadapi masalah atau musibah. Sedangkan sholat pada hakikatnya adalah do’a, yaitu sikap bergantung (interdependensi) kepada Alloh SWT sebagai Pencipta (kholiq), Pemelihara (Rabb) dan Pengusa (Malik) dari alam semesta dan seisinya. Sholat yang sempurna adalah sholat yang bernilai ritual dan social yaitu nilai-nilai dalam sholat dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Pada dimensi sosial, saat seseorang menghadapi suatu hajat atau suatu kepentingan, ia senantiasa memohon do’a dan restu kepada sesamanya. Ini menggambarkan sebuah kondisi jiwa yang haus akan perhatian dan kasih sayang sesama. Jika, suatu ketika seseorang mengetahui bahwa dirinya sedang dido’akan baik oleh saudaranya maka dipastikan ia akan sangat senang.
Pantas, Rosululloh Saw. mengajarkan kepada umatnya untuk menebarkan salam dengan lafadz “Assalamu’alaikum” (semoga keselamatan/ kedamaian tetap atas kamu semua). Sebuah ajaran yang mulia dengan memuliakan manusia melalui do’a. Di dalam Islam diajarkan bahwa membaca salam itu sunnah dan menjawabnya wajib. Ini menunjukan keharusan untuk mengapresiasi atas kebaikan orang lain dalam bentuk do’a.
Islam pun mengajarkan kepada umat Rosululloh Saw untuk bersilaturrahim yang secara hakiki bermakna mengkoneksikan kasih sayang. Implikasi dari koneksitas itu akan mengaktifasi setiap do’a yang dipanjatkan oleh sesama umat Rosululloh.Ajaran Islam senantiasa mengajak umatnya untuk saling mendoakan sesama saudaranya seiman.
Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Bakar Ash Shidiq radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, “Sesungguhnya do’a seseorang kepada saudaranya karena Allah adalah do’a yang mustajab (terkabulkan).“ (Shohih secara sanad)
Dari Shofwan bin ‘Abdillah bin Shofwan –istrinya adalah Ad Darda’ binti Abid Darda’-, beliau mengatakan,
“Aku tiba di negeri Syam. Kemudian saya bertemu dengan Ummud Darda’ (ibu mertua Shofwan, pen) di rumah. Namun, saya tidak bertemu dengan Abud Darda’ (bapak mertua Shofwan, pen). Ummu Darda’ berkata, “Apakah engkau ingin berhaji tahun ini?” Aku (Shofwan) berkata, “Iya.”

Ummu Darda’ pun mengatakan, “Kalau begitu do’akanlah kebaikan padaku karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,” “Sesungguhnya do’a seorang muslim kepada saudaranya di saat saudaranya tidak mengetahuinya adalah doa’a yang mustajab (terkabulkan). Di sisi orang yang akan mendo’akan saudaranya ini ada malaikat yang bertugas mengaminkan do’anya. Tatkala dia mendo’akan saudaranya dengan kebaikan, malaikat tersebut akan berkata: Amin. Engkau akan mendapatkan semisal dengan saudaramu tadi.”
Shofwan pun mengatakan, “Aku pun bertemu Abu Darda’ di pasar, lalu Abu Darda’ mengatakan sebagaimana istrinya tadi. Abu Darda’ mengatakan bahwa dia menukilnya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Shohih) Lihat Ash Shohihah (1399): [Muslim: 48-Kitab Adz Dzikr wad Du’aa’, hal. 88].
Kedua hadits tersebut nampak jelas bahwa do’a dari orang yang tidak diketahui itu mustajab atau terkabulkan. Ini adalah peluang yang bagi umat Islam untuk senantiasa saling mendo’akan baik secara langsung maupun tidak langsung. Meminta dido’akan dan meminta maaf itu baik, tapi mendo’akan dan memberi maaf itu jauh lebih baik.
Saat kita bertemu dengan seseorang ucapakan salam dan bersalaman seraya berbisik mendo’kan “barokalloh” (semoga Alloh melimpahkan keberkahan padamu). Saat kita berbelanja diwarung kecil, do’akanlah semoga Alloh memberikan rizki yang melimpah pada pemilik warung. Begitupun ketika kita diminta untuk mendo’akan seseorang yang mempunyai hajat, maka jangan ditunggu lagi, segera kita do’akan seikhlas mungkin semoga harapannya terkabul. Sungguh indah, ini adalah do’a yang memberdayakan.
Wallohu a’lam

*Terbit di Pikiran Rakyat pada hari Jum'at tanggal 5 Nopember 2010.
Ketua DKM Al-Mu’minuun Griya Utama Rancaekek, Dosen Fakultas Dakwah & Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

3 komentar:

  1. memang bagi kita yang mengaku mukmin, doa adalah segalanya...jika kita berusaha tanpa disertai doa, maka itu adalah prilaku yang bisa dikatakan sombong...
    kalau kita berusaha atau bekerja tanpa diiringi doa maka itu juga bohong..
    ini menunjukkan bahwa doa adalah senjata bagi kita ummat islam unftuk senantiasa memperhatikan bahwa di atas keberhasilan kita ada Rob yang mengatur segalanya....termasuk apa yang kita usahakan dan lakukan setiap waktu..(Arif Rahman Hakim, PMI B III)

    BalasHapus
  2. doa yang misterius mmengingatkan saya akan sinetron Para Pencari Tuhan yang ketika itu mengadakan pemilihan ketua RW baru, ketua RW lama yaitu Pak RW berencana mencalonkan diri lagi sebagai ketua RW. Pak RW memang bukan teladan yang baik dalam memimpin sebuah masyarakat tai dari dia saya pelajari hal tentang doa. Beribu cara sudah dia lakukan dalam mendapatkan kembali posisi ini. Tapi ketika dia sudah mati langkah yang dia ingat bahwa ada kekuatan diluar kekuatan makhluk hidup kekuatan Allah. Maka dia pun meminta doa ikhlas dari seluruh penduduk desa walaupun bukan tanpa sindiran tajam. Tapi apa boleh dikata ternyata belau terpilih kembali karena tanpa sadar dia sudah meminta orang mendoakannya menjadi ketua RW kembali.
    inilah hal yang saya pelajari bahwa doa dengan usaha akan didengar oleh yang menciptakan Allah SWT.

    P.S.: susah banget bapak buat kasih komentarnya failed aj. Jadi apa yang ditulis menghilang gitu pak. Hehehe..>>

    R

    BalasHapus
  3. Do’a yang misterius itu mengingatkan saya akan do’a yang selalu kita panjatkan kepada Allah , yang kita persembahkan untuk kedua orang tua kita..doa yang akan menjadi salah satu amalan terpenting ketika keduanya telah tiada. Do’a sebagai ungkapan terima kasih atas pengorbanan keduanya untuk kita selama ini, do’a yang menjadi hadiah yang tak ternilai bagi keduanya..
    Disitulah lahir adanya rasa ketergantungan kepada Allah dan sebagai salah satu jembatan kita tuk berkomunikasi dengan_Nya.
    Wallohu a’lam

    pa ieu umi.

    BalasHapus