Selasa, 15 Oktober 2013

“Jika Ingin Memotret Masa Kini Ingatlah Masa Lalu”

Catatan Hidup Rohmanur Aziz Rohmanur Aziz, Lahir di Kuningan pada hari Ahad puhun tanggal 4 Maret 1979 dengan nama kecil bagi keluarganya akrab dengan panggilan Ajid. Dosen mata kuliah Metodologi Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung ini juga merupakan penggagas Sistem Informasi Mahasiswa (SIMDAK) Fakultas Dakwah & Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Ketua di Generasi Muda Mathla’ul Anwar Jawa Barat periode 2012 – 2017 dan aktif di beberapa organisasi yaitu Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jawa Barat, Korp Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Jawa Barat, komite nasional pemuda indonesia (knpi) Jawa Barat, dan ia masuk menjadi pengurus Dewan Pimpinan Pusat Majelis Dakwah Islamiyah. Pengalaman kerja beliau sejak lulus ia menjadi guru di beberapa sekolah dan dosen di beberapa Perguruan Tinggi. Pekerjaan yang dianggap spektakuler oleh suami dari mojang Bandung Ismi Rachdiani dan Ayah dua anak (Muhammad Jahdan Rois dan Syahma Najhan Rois), yaitu pernah mendirikan Sekolah Dasar Alam Pelopor di Rancaekek Kabupaten Bandung dari tahun 2004 sampai dengan 2006. Ia pun pernah menjadi konsultan pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM MP) di Kota Bandung dengan jabatan Senior Fasilitator. Kang Aziz demikian sapaan akrabnya lahir dari keluarga sederhana dari Desa Kertayasa Kuningan, pasangan Bapak Amin Jamaludin dan Ibu Een Rohaeni, anak ke 2 dari 5 bersaudara. Ia adalah pribadi yang mandiri, sejak kecil dia sudah membantu ayahnya berdagang di Jakarta. Kehidupan masa kecilnya ia habiskan dengan membantu keuangan keluarganya dengan memelihara ikan dan ayam dan juga berjualan es keliling kampung. “Sejak kecil ayah membeli ayam dan ikan untuk di ternakan dan saya yang mengurusnya. Saya juga pernah jualan es keliling kampung sampai kampung sebelah” terang pak Aziz saat di wawancarai di ruang kerjanya Fakultas dakwah dan komunikasi (17/5). Riwayat pendidikannya ia mulai di MI Kertayasa Kuningan tahun 1991, lalu ia melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah Sindangsari Kuningan tahun 1994 sambil mondok di Pondok Pesantren Manbaul Huda Kebon Lebak Kertayasa Kabupaten Kuningan, dan jenjang pendidikan selanjutnya selama tiga tahun dihabiskan di Pondok Pesantren Cipasung Singaparna binaan KH. Moch. Ilyas Ruhiyat. Iapun “nyambil” sekolah MAN Cipasung Tasikmalaya tahun 1997. Selepas lulus dari MAN ia tidak langsung melanjutkan studi nya. Ia memilih untuk istirahat satu tahun demi mambatu adiknya melanjutkan sekolah. Saat satu tahun berhenti, ia bekerja dengan berjualan di angkringan dan sempat mondok di Pesantren Cadasari Pandeglang Banten asuhan KH. Abuya Dimyati. Atas saran Abuya Muhtadi—putera pertama Abuya Dimyati yang kini menjadi Pimpinan Ponpes Cadasari—ia melanjutkan studi S-1 di Bandung tepatnya di IAIN Sunan Gunung Djati Bandung jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI). Di kampus, ia adalah pribadi yang kreatif dan vokal menyuaran aspirasi mahasiswa, ia aktif di berbagai komunitas dan UKM. Ia aktif di HMJ KPI, pada semester 3 sudah menjabat sebagai Kabid I, Ketua Umum HMI Komisariat Dakwah dan Cabang Soreang pada tahun 2001 dan 2002, Komunitas Radio Kopistawa (Komunikasi Penyiaran Islam Talenta Mahasiswa) sebagai Direktur pertama, dan lain-lain tercatat lebih dari 10 komunitas dan organisasi pernah ia ikuti selama kuliah Sejak menginjakkan kaki di Bandung dan kuliah di IAIN SGD Bandung, Kang Aziz tidak pernah dengan sengaja untuk menyewa kamar kost. Ia lebih memilih tidur di Sekretariat organisasi yang satu ke organisasi yang lain. Ini ia lakukan untuk menghemat biaya hidupnya. Selain itu, ia pun berdagang makanan khas Kuningan seperti Jeniper (Jeruk Nipis Peres) dan gemblong (dibandung disebut comring), bahkan selama kuliah ia pun pernah jualan baso tahu keliling dan sebaginya dilakukan dengan harapan dapat survival dan tidak bergantung pada orang tua. Studi S-1 di IAIN SGD Bandung selesai tahun 2002. Saat wisuda sarjana tahun 2003, ia diminta oleh rektorat untuk memberi kata sambutan atas nama wisudawan. Sebagai sorang sarjana yang baru lulus ia hanya menyampaikan kalimat-kalimat syahdu yang dipersembahkan untuk kedua orang tuanya yang paling berjasa dalam hidupnya. Momentum itu membuat Dekan Fakultas Dakwah & Komunikasi, Drs. H. Syukriadi Sambas, M.Si. memintanya mengabdi sebagai dosen luar biasa di Fakultas Dakwah & Komunikasi setelah itu ia melanjutkan studi S-2 nya di UIN SGD Bandung jurusan Ilmu Dakwah dan lulus tahun 2010. Kecintaan terhadap almamaternya menjadikan ia kemudian diangkat menjadi dosen tetap UIN Sunan Gunung Djati Bandung pada tahun 2009. Mengenai Opininya tentang kampus UIN SGD Bandung, ia berkata “Kita semua harus sabar dengan pembangunan kampus kita, prosesnya masih terus berjalan. Kita kritisi hal-hal kecil”. Selain menyoroti masalah pembangunan kampus, ia juga memberikan pandangannya terhadap proses belajar mengajar di UIN. “Pendidikan itu hakikatnya memanusiakan manusia dan itu kewajiban universitas. Bangun Atmosfer pembelajaran yang baik. Insfrastruktur tidak terlalu penting, seperti filosofi lagu Indonesia Raya, bangunlah jiwanya bangunlah badannya.” Ungkapnya. Kang Aziz juga merupakan sosok dosen yang dekat dengan mahasiswanya. “Pak Rohmanur orang nya bertanggung jawab, bisa membimbing mahasiswanya dengan baik” ungkap Rizkia mahasiswa jurnalistik. “Beliau orang asik, baik, dan mengerti apa yang kita butuhkan.” Ungkap Rusdy mahasiswa jurnalistik yang dibimbing oleh Pak Aziz. Kesuksesan Kang Aziz tidak ia dapat dengan mudah banyak perjuangan yang harus ia lakukan untuk mencapainya. Ingat kehidupan masa lalu merupakan caranya untuk bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi. “Jika Ingin Memotret Masa Kini Ingatlah Masa Lalu, Jika ingin menentukan masa depan, maka ukirlah sejarah di masa sekarang!” Begitulah prinsip yang ia pegang hingga saat ini. (Penulis : Robby Darmawan)

Minggu, 28 April 2013

IN MEMORIAM USTADZ JEFRI AL-BUKHARI

Kabar wafatnya Ustadz Jefri Al-Bukhari pada hari Jum’at menggemparkan umat Islam Indonesia. Hal ini ditandai dengan ramainya berbagai pemberitaan media massa dan dan berbagai media jejaring sosial yang menyatakan duka cita dan belasungkawa terhadap beliau. Berbagai ekspresi duka cita terlontar dari kerabat, sanak saudara, handai taulan dan jama’ah dakwah terhadap almarhum yang dikenal ustadz gaul dan akrab dipanggil Uje (kependekan dari Ustadz Jefri) tersebut. Hari Jum’at tanggal 26 April 2013 bertepatan dengan 15 Jumadil Akhir 1434 Hijriyah dini hari seakan menjadi hari berkabung bagi jama’ah dakwah dan penggemar Uje termasuk dari sebahagian kalangan selebriti dan kalangan media. Ini terlihat dari pemberitaan media yang seakan turut larut dalam duka cita dengan menayangkan secara live prosesi pemulasaraan jenazah almarhum Uje di beberapa televisi swasta. Kiprah almarhum Uje dalam aktivitas dakwahnya mendapat tempat di sebagian besar kalangan remaja muslim terutama muslimah. Segmentasi remaja merupakan pilihan Uje dan berhasil menampilkan harmoni dakwah dengan media informasi yang pada masa sebelumnya terjadi kecanggungan hubungan dengan para aktifis dakwah. Uje berkontribusi besar terhadap dakwah Islam terutama melalui media massa. Sehingga tidak mengherankan jika kelompok media sangat emosional dalam peliputan berita tentang wafatnya Uje. Pada sisi lain, aktifitas dakwah Uje semasa hidup, ia terlahir dari keluarga yang taat beribadah dan dikenal sebagai keluarga santri. Walau pernah mampir di dunia gemerlap yang dikenal negatif dan kental dengan kemaksiatan, Uje akhirnya mendapat hidayah dari Allah untuk kembali kepada jalan yang benar dan memilih menjadi da’i dan melaksanakan aktifitas dakwah, bersama para aktifis dakwah yang lainnya. Dalam perjalanan akhir hayatnya yang baik (husnul khatimah) Almarhum Uje dipastikan memahami bahwa Islam adalah agama yang bersumber dari wahyu yakni al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai tafsir utamanya. Maka dengan demikian sumber utama Islam tersebut memuat pesan (materi) ajaran yang mengharuskan untuk ditransformasi kepada seluruh manusia dengan jalan kedamaian. Bagi Uje, Islam begitu menghormati dan memahami tentang nilai-nilai kemanusiaan yang melekat pada setiap individu. Sehingga dengan kondisi yang demikian Islam lahir sebagai agama dakwah untuk mencapai kemaslahatan dan rahmat bagi sekalian alam. Uje memahami bahwa dakwah adalah kewajiban yang tidak boleh diabaikan atau ditinggalkan. Bahkan dalam pertemuan sebelum wafatnya, ia sempat menyampaikan pesan moral yang agung kepada salahsatu temannya yaitu Ustadz Solmed bahwa dakwah itu harus berkelanjutan (sustainability). Tetapi Islam hanya mengharapkan kepada muslim berdakwah sekemampuannya dan semaksimal mungkin. Sebab manusia bahkan Nabi sekalipun, itu hanya sekedar menyampaikan, karena hidayah adalah otoritas Allah. Tentunya hidayah tersebut turun beserta sebab-sebab tertentu yang seringkali misterius seperti faktor do’a orang tua dan do’a orang-orang sholeh. Almarhum Uje sadar betul bahwa globalisasi dan modernisasi membawa dampak yang beragam pada kehidupan masyarakat. Baik yang positif maupun yang negatif. Hal yang positif tentunya sebagai situasi yang bisa memberikan penghidupan yang lebih manfaat dan untuk mencapai kemudahan dalam segala bidang. Tetapi tidak sedikit yang negatif justru membawa kepada kehidupan manusia yang semakin bangkrut, dan menimbulkan atau melahirkan jiwa-jiwa yang lebih pragmatis dan hedonis, jauh dari nilai-nilai luhur kemanusiaan sebagaimana diajarkan Islam. Dampak globalisasi dan modernisasi yang tidak dapat terbendung dan terseleksi, hal ini menimbulkan titik kejenuhan kepada penikmat atau korban dari jaman global tersebut sehingga semangat untuk mencari alternatif yang lain dalam mencari kepuasan tersebut, terkadang mereka lari kepada dunia spiritual. Padahal sebelumnya mereka sendiri pernah mengecamnya dan mencacinya. Zaman sekarang, ada kecenderungan orang berbondong-bondong beragama, karena dalam dunia materi yang mereka kuasai dan miliki, ternyata tidak menemukan kepuasan. Maka dengan demikian mereka mencari alternatif yang lain. Agama adalah keyakinan yang dapat memberikan kedamaian, ketenangan, kebahagiaan, dan kesejukan lahir dan jiwa penganutnya. Alasan-alasan tersebut memperkuat kicauan terakhir Almarhum Uje di account twiter-nya @jefri_albuchari, ia mengatakan bahwa: Pada akhirnya..Semua akan menemukan yang namanya titik jenuh..Dan pada saat itu .. Kembali adalah yang terbaik.. Kembali pada siapa?? Kpd “DIA” pastinya.. Bismi_KA Allohumma ahya wa amuut..”. Kesadaran ini dan pemeliharaan terhadap kesadaran akan ketergantungan manusia hanya kepada Allah, menjadi bagian penting dari pribadi seorang muslim apalagi bagi seorang da’i. Hal lain yang lebih menarik dari Almarhum Uje adalah sikap membangun kebersamaan dan kekompakan dalam berdakwah bersama teman-teman seperjuangannya. Teman sesama pendakwah (da’i) sama sekali tidak diposisikan sebagai kompetitor atau pesaing dakwah karena memang tidak ada yang perlu dipersaingkan, ia membina pola hubungan sebagaimana para sahabat Rasulullah yang saling memotivasi dan saling menyayangi diantara mereka. 'Ala kulli hal Uje adalah orang baik. Allohumaj'al qobrohu raudlatan min riyadlil jannah.. Aamiin Oleh: Rohmanur Aziz

Selasa, 16 April 2013

KETIAK PENGUASA

Ketika ketiak penguasa Tempat berlindung dan bersenang-senang Ketika ketiak penguasa Menjadi angan keabadian Ketika ketiak penguasa Menghangatkan dan memanaskan tubuh Bakteri menjijikan itu Bau busuk, kotor dan menyebalkan Ia mengira pemilik ketiak itu akan diam Tidak, ia akan segera bersih-bersih Ia adalah rakyat Jikapun tidak Sang Maha Pemilik ketiak itu yang akan membersihkan sesuai sediakala *) Sya'ir refleksi kegundahan terhadap realitas hidup dari pengagum Ulul Albab

Selasa, 01 Januari 2013

2013; Smile Year

Tahun 2013 menjadi tahun senyuman. Senyum warga dunia atas kegelian perilaku anehnya yang percaya bahwa 21 Desember 2012 terjadi kiamat. Nyatanya, tidak terbukti. Fenomena ini menjadi bukti bahwa kabut bernama kebodohan (jahiliyah) masih menyelimut tebal dibalik keangkuhan claim peradaban modern.2012 is the dark age, gelap dalam arti konyol. Peradaban lama yang punah bukan berarti primitif, sangat dimungkinkan peradaban lama, zaman kenabian Musa dan Sulaiman AS jelas menampakkan peradaban maju dengan berbagai bukti. Menjelang jam 00:00 tanggal 31 Desember 2012 atau malam tahun baru 2013 menjadi euphoria keluar dari kekonyolan 2012. Selamat tersenyum..!

Selasa, 27 November 2012

DAKWAH TANPA BICARA

Lahan dakwah sangat luas terbentang disetiap lini kehidupan seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, pendidikan dan sebagainya. Selama ada manusia yang menyimpang dari keharusan eksistensinya, maka sesungguhnya ladang dakwah itu tersedia. Dakwah itu sendiri adalah implementasi kasih sayang Islam untuk menolong umat manusia dari kesesatan dan kecelakaan dunia dan akhirat. Wujud pertolongan itu dengan memotivasi, mengajak, menyeru, memohon, dan menyadarkan manusia agar tetap dijalan yang benar yaitu jalan yang diridloi Allah SWT dengan mengikuti segala tata aturan dan sistem nilai yang telah Allah ajarkan kepada manusia melalui para rasul-Nya, para nabi dan para pewaris para nabi. Puncak keberhasilan dakwah diraih oleh Nabi Muhammad Saw dengan metode uswah hasanah atau suri tauladan yang baik. Nabi akhir zaman ini, lebih banyak berkata dengan tindakan daripada bertindak dengan kata-kata.

Jumat, 09 November 2012

DAKWAH TANPA BICARA

Allah SWT. menciptakan manusia disertai dengan buku petunjuknya sebagai manual prosedur agar manusia dapat menjalankan segenap perangkat kemanusiaannya secara benar dan baik sesuai dengan kehendak Allah yaitu menjadi manusia yang bahagia di dunia dan akhirat. Allah beserta kehendaknya memberikan segalanya bagi manusia termasuk berbagai pilihan arah hidup dengan berbagai konsekwensinya. Ada kebaikan ada keburukan, ada jalan benar ada jalan salah, ada haq ada batil, ada kaya ada miskin dan seterusnya ditawarkan secara berpasangan. Melalui berbagai pasangan dan ragam pilihan hidup tentunya manusia diharapkan dapat memahami kemahaadilan dan dan kemahabijaksanaan Allah. Betapa keadalian dan kebijaksanaan itu tersimpan rapih di lerung antara dua atau lebih pilihan (between) hidup. Demokrasi teosofis dalam Islam begitu kental sehingga sejatinya Islam menawarkan kemerdekaan bersikap kepada seluruh manusia. Kemerdekaan dan kebebasan memilih itu hendaknya sesuai pula dengan iradah Allah yaitu konsekwensi yang akan didapat setelah memilih. Tentu ada proses yang tidak sederhana ketika menentukan sebuah pilihan. Bagi seorang muslim, seyogyanya pilihan sebagai pribadi muslim harus melekat pada dirinya menjadi muslim yang totaliter menjalankan ajaran Islam (kaffah) sehingga pada gillirannya ia akan mendapat apa yang dijanjikan Allah yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat. Kebahagiaan yang dimaksud adalah kemerdekaan jiwa yang lepas dari nilai-nilai materialistik dan hedonistik, mengikhlaskan diri untuk selalu menjadi yang terbaik sesuai dengan petunjuk dan arahan al-Quran al-Karim sebagai wujud iradah Allah. Proses panjang dalam menentukan pilihan menjadi muslim kaffah adalah dengan mengumpulkan berbagai informasi dan data yang dapat meneguhkan keyakinannya dalam menentukan sebuah pilihan. Proses membangun kesadaran terhadap kebutuhan mendapat informasi dan data inilah yang disebut dengan aktifitas dakwah. Dakwah adalah proses berharga yang tidak dapat diabaikan begitu saja, karena pada saat seseorang mengabaikan proses ini, sesungguhnya ia sedang berada pada posisi yang kontradiktif dengan iradah Allah SWT. Aktifitas dakwah kepada diri sendiri (al-da’wah al-nafsiyah) digambarkan Nabi sebagai perang yang lebih dahsyat dari Perang Badar bahkan disebut sebagi jihad al-akbar. bersambung...

Selasa, 06 November 2012

DAHLAN ISKAN; DIANTARA KEBERANIAN DAN KESEDERHANAAN

Seorang Menteri KIB Jilid II yang satu ini banyak menginspirasi berbagai kalangan. Sosok yang ramah, sederhana tapi juga disiplin dan pekerja keras. Ya, siapa lagi kalaupun bukan Dahlan Iskan. Para politisi dibuat cemburu dan banyak yang berprasangka buruk bahwa Dahlan Iskan sedang mencari popularitas untuk kepentingan dirinya menjelang Pilpres 2014. Tentu, bagi kalangan lain yang berfikir jernih dan tahu persis sosok Dahlan Iskan, mereka tidak meragukan bahwa Dahlan Iskan adalah sosok yang apa adanya. Kekuasaan dan harta hasil jerih payah selama lebih dari 15 tahun tidak menyilaukan dirinya. Ia senantiasa tampil dengan rasionalisme dan sikap hati-hati termasuk ketika berusaha mengobati borok para anggota DPR RI yang terhormat. Dahlan sangat hati-hati, walaupun ia tidak takut mati. Presiden, Wapres, menteri-menteri, para pejabat tinggi negara, anggota DPR yang baik dan para pejuang kebenaran hendaknya mencontoh kesederhanaan sekaligus keberanian Dahlan Iskan, jika sulit untuk mencontoh Rasulullah atau para sahabatnya. Dahlan Iskan (DI) adalah contoh yang sangat nampak dan jelas tanpa harus banyak menafsir.