Jumat, 09 November 2012

DAKWAH TANPA BICARA

Allah SWT. menciptakan manusia disertai dengan buku petunjuknya sebagai manual prosedur agar manusia dapat menjalankan segenap perangkat kemanusiaannya secara benar dan baik sesuai dengan kehendak Allah yaitu menjadi manusia yang bahagia di dunia dan akhirat. Allah beserta kehendaknya memberikan segalanya bagi manusia termasuk berbagai pilihan arah hidup dengan berbagai konsekwensinya. Ada kebaikan ada keburukan, ada jalan benar ada jalan salah, ada haq ada batil, ada kaya ada miskin dan seterusnya ditawarkan secara berpasangan. Melalui berbagai pasangan dan ragam pilihan hidup tentunya manusia diharapkan dapat memahami kemahaadilan dan dan kemahabijaksanaan Allah. Betapa keadalian dan kebijaksanaan itu tersimpan rapih di lerung antara dua atau lebih pilihan (between) hidup. Demokrasi teosofis dalam Islam begitu kental sehingga sejatinya Islam menawarkan kemerdekaan bersikap kepada seluruh manusia. Kemerdekaan dan kebebasan memilih itu hendaknya sesuai pula dengan iradah Allah yaitu konsekwensi yang akan didapat setelah memilih. Tentu ada proses yang tidak sederhana ketika menentukan sebuah pilihan. Bagi seorang muslim, seyogyanya pilihan sebagai pribadi muslim harus melekat pada dirinya menjadi muslim yang totaliter menjalankan ajaran Islam (kaffah) sehingga pada gillirannya ia akan mendapat apa yang dijanjikan Allah yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat. Kebahagiaan yang dimaksud adalah kemerdekaan jiwa yang lepas dari nilai-nilai materialistik dan hedonistik, mengikhlaskan diri untuk selalu menjadi yang terbaik sesuai dengan petunjuk dan arahan al-Quran al-Karim sebagai wujud iradah Allah. Proses panjang dalam menentukan pilihan menjadi muslim kaffah adalah dengan mengumpulkan berbagai informasi dan data yang dapat meneguhkan keyakinannya dalam menentukan sebuah pilihan. Proses membangun kesadaran terhadap kebutuhan mendapat informasi dan data inilah yang disebut dengan aktifitas dakwah. Dakwah adalah proses berharga yang tidak dapat diabaikan begitu saja, karena pada saat seseorang mengabaikan proses ini, sesungguhnya ia sedang berada pada posisi yang kontradiktif dengan iradah Allah SWT. Aktifitas dakwah kepada diri sendiri (al-da’wah al-nafsiyah) digambarkan Nabi sebagai perang yang lebih dahsyat dari Perang Badar bahkan disebut sebagi jihad al-akbar. bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar