Senin, 09 Mei 2011

Ramalan Prabu Siliwangi

Prabu Siliwangi berpesan pada warga Pajajaran yang ikut mundur pada waktu beliau

sebelum menghilang :

“Perjalanan kita hanya sampai disini hari ini, walaupun kalian semua setia
padaku! Tapi aku tidak boleh membawa kalian dalam masalah ini, membuat kalian
susah, ikut merasakan miskin dan lapar. Kalian boleh memilih untuk hidup kedepan

nanti, agar besok lusa, kalian hidup senang kaya raya dan bisa mendirikan lagi
Pajajaran! Bukan Pajajaran saat ini tapi Pajajaran yang baru yang berdiri oleh
perjalanan waktu! Pilih! aku tidak akan melarang, sebab untukku, tidak pantas
jadi raja yang rakyatnya lapar dan miskin.”

Dengarkan! Yang ingin tetap ikut denganku, cepat memisahkan diri ke selatan!
Yang ingin kembali lagi ke kota yang ditinggalkan, cepat memisahkan diri ke
utara! Yang ingin berbakti kepada raja yang sedang berkuasa, cepat memisahkan
diri ke timur! Yang tidak ingin ikut siapa-siapa, cepat memisahkan diri ke
barat!

Dengarkan! Kalian yang di timur harus tahu: Kekuasaan akan turut dengan kalian!
dan keturunan kalian nanti yang akan memerintah saudara kalian dan orang lain.
Tapi kalian harus ingat, nanti mereka akan memerintah dengan semena-mena. Akan
ada pembalasan untuk semua itu. Silahkan pergi!

Kalian yang di sebelah barat! Carilah oleh kalian Ki Santang! Sebab nanti,
keturunan kalian yang akan mengingatkan saudara kalian dan orang lain. Ke
saudara sedaerah, ke saudara yang datang sependirian dan semua yang baik
hatinya. Suatu saat nanti, apabila tengah malam, dari gunung Halimun terdengar
suara minta tolong, nah itu adalah tandanya. Semua keturunan kalian dipanggil
oleh yang mau menikah di Lebak Cawéné. Jangan sampai berlebihan, sebab nanti
telaga akan banjir! Silahkan pergi! Ingat! Jangan menoleh kebelakang!

Kalian yang di sebelah utara! Dengarkan! Kota takkan pernah kalian datangi, yang

kalian temui hanya padang yang perlu diolah. Keturunan kalian, kebanyakan akan
menjadi rakyat biasa. Adapun yang menjadi penguasa tetap tidak mempunyai
kekuasaan. Suatu hari nanti akan kedatangan tamu, banyak tamu dari jauh, tapi
tamu yang menyusahkan. Waspadalah!

Semua keturunan kalian akan aku kunjungi, tapi hanya pada waktu tertentu dan
saat diperlukan. Aku akan datang lagi, menolong yang perlu, membantu yang susah,

tapi hanya mereka yang bagus perangainya. Apabila aku datang takkan terlihat;
apabila aku berbicara takkan terdengar. Memang aku akan datang tapi hanya untuk
mereka yang baik hatinya, mereka yang mengerti dan satu tujuan, yang mengerti
tentang harum sejati juga mempunyai jalan pikiran yang lurus dan bagus tingkah
lakunya. Ketika aku datang, tidak berupa dan bersuara tapi memberi ciri dengan
wewangian. Semenjak hari ini, Pajajaran hilang dari alam nyata. Hilang kotanya,
hilang negaranya. Pajajaran tidak akan meninggalkan jejak, selain nama untuk
mereka yang berusaha menelusuri.


Suatu saat nanti akan banyak hal yang ditemui, sebagian-sebagian. Sebab
terlanjur dilarang oleh Pemimpin Pengganti! Ada yang berani menelusuri terus
menerus, tidak mengindahkan larangan, mencari sambil melawan, melawan sambil
tertawa. Dialah Anak Gembala. Rumahnya di belakang sungai, pintunya setinggi
batu, tertutupi pohon handeuleum dan hanjuang. Apa yang dia gembalakan? Bukan
kerbau bukan domba, bukan pula harimau ataupun banteng. Tetapi ranting daun
kering dan sisa potongan pohon. Dia terus mencari, mengumpulkan semua yang dia
temui. Tapi akan menemui banyak sejarah/kejadian, selesai jaman yang satu datang

lagi satu jaman yang jadi sejarah/kejadian baru, setiap jaman membuat sejarah.
setiap waktu akan berulang itu dan itu lagi.

Dengarkan! yang saat ini memusuhi kita, akan berkuasa hanya untuk sementara
waktu. Tanahnya kering padahal di pinggir sungai Cibantaeun dijadikan kandang
kerbau kosong. Nah di situlah, sebuah nagara akan pecah, pecah oleh kerbau bule,

yang digembalakan oleh orang yang tinggi dan memerintah di pusat kota . semenjak

itu, raja-raja dibelenggu. Kerbau bule memegang kendali, dan keturunan kita
hanya jadi orang suruhan. Tapi kendali itu tak terasa sebab semuanya serba
dipenuhi dan murah serta banyak pilihan.

Semenjak itu, pekerjaan dikuasai monyet. Suatu saat nanti keturunan kita akan
ada yang sadar, tapi sadar seperti terbangun dari mimpi. Dari yang hilang dulu
semakin banyak yang terbongkar. Tapi banyak yang tertukar sejarahnya, banyak
yang dicuri bahkan dijual! Keturunan kita banyak yang tidak tahu, bahwa jaman
sudah berganti! Pada saat itu geger di seluruh negara. Pintu dihancurkan oleh
mereka para pemimpin, tapi pemimpin yang salah arah!

Yang memerintah bersembunyi, pusat kota kosong, kerbau bule kabur. Negara
pecahan diserbu monyet! Keturunan kita enak tertawa, tapi tertawa yang
terpotong, sebab ternyata, pasar habis oleh penyakit, sawah habis oleh penyakit,

tempat padi habis oleh penyakit, kebun habis oleh penyakit, perempuan hamil oleh

penyakit. Semuanya diserbu oleh penyakit. Keturunan kita takut oleh segala yang
berbau penyakit. Semua alat digunakan untuk menyembuhkan penyakit sebab sudah
semakin parah. Yang mengerjakannya masih bangsa sendiri. Banyak yang mati
kelaparan. Semenjak itu keturunan kita banyak yang berharap bisa bercocok tanam
sambil sok tahu membuka lahan. mereka tidak sadar bahwa jaman sudah berganti
cerita lagi.

Lalu sayup-sayup dari ujung laut utara terdengar gemuruh, burung menetaskan
telur. Riuh seluruh bumi! Sementara di sini? Ramai oleh perang, saling menindas
antar sesama. Penyakit bermunculan di sana-sini. Lalu keturunan kita mengamuk.
Mengamuk tanpa aturan. Banyak yang mati tanpa dosa, jelas-jelas musuh dijadikan
teman, yang jelas-jelas teman dijadikan musuh. Mendadak banyak pemimpin dengan
caranya sendiri. Yang bingung semakin bingung. Banyak anak kecil sudah menjadi
bapa. Yang mengamuk tambah berkuasa, mengamuk tanpa pandang bulu. Yang Putih
dihancurkan, yang Hitam diusir. Kepulauan ini semakin kacau, sebab banyak yang
mengamuk, tidak beda dengan tawon, hanya karena dirusak sarangnya. seluruh nusa
dihancurkan dan dikejar. Tetapi…ada yang menghentikan, yang menghentikan adalah
orang sebrang.

Lalu berdiri lagi penguasa yang berasal dari orang biasa. Tapi memang keturunan
penguasa dahulu kala dan ibunya adalah seorang putri Pulau Dewata. Karena jelas
keturunan penguasa, penguasa baru susah dianiaya! Semenjak itu berganti lagi
jaman. Ganti jaman ganti cerita! Kapan? Tidak lama, setelah bulan muncul di
siang hari, disusul oleh lewatnya komet yang terang benderang. Di bekas negara
kita, berdiri lagi sebuah negara. Negara di dalam negara dan pemimpinnya bukan
keturunan Pajajaran.

Lalu akan ada penguasa, tapi penguasa yang mendirikan benteng yang tidak boleh
dibuka, yang mendirikan pintu yang tidak boleh ditutup, membuat pancuran
ditengah jalan, memelihara elang dipohon beringin. Memang penguasa buta! Bukan
buta pemaksa, tetapi buta tidak melihat, segala penyakit dan penderitaan,
penjahat juga pencuri menggerogoti rakyat yang sudah susah. Sekalinya ada yang
berani mengingatkan, yang diburu bukanlah penderitaan itu semua tetapi orang
yang mengingatkannya. Semakin maju semakin banyak penguasa yang buta tuli.
memerintah sambil menyembah berhala. Lalu anak-anak muda salah pergaulan, aturan

hanya menjadi bahan omongan, karena yang membuatnya bukan orang yang mengerti
aturan itu sendiri. Wajar saja bila kolam semuanya mengering, pertanian semuanya

puso, bulir padi banyak yang diselewengkan, sebab yang berjanjinya banyak tukang

bohong, semua diberangus janji-janji belaka, terlalu banyak orang pintar, tapi
pintar kebelinger.

Pada saat itu datang pemuda berjanggut, datangnya memakai baju serba hitam
sambil menyanding sarung tua. Membangunkan semua yang salah arah, mengingatkan
pada yang lupa, tapi tidak dianggap. Karena pintar kebelinger, maunya menang
sendiri. Mereka tidak sadar, langit sudah memerah, asap mengepul dari perapian.
Alih-alih dianggap, pemuda berjanggut ditangkap dimasukan kepenjara. Lalu mereka

mengacak-ngacak tanah orang lain, beralasan mencari musuh tapi sebenarnya mereka

sengaja membuat permusuhan.

Waspadalah! sebab mereka nanti akan melarang untuk menceritakan Pajajaran. Sebab

takut ketahuan, bahwa mereka yang jadi gara-gara selama ini. Penguasa yang buta,

semakin hari semakin berkuasa melebihi kerbau bule, mereka tidak sadar jaman
manusia sudah dikuasai oleh kelakuan hewan.
Kekuasaan penguasa buta tidak berlangsung lama, tapi karena sudah kelewatan
menyengsarakan rakyat yang sudah berharap agar ada mukjizat datang untuk mereka.

Penguasa itu akan menjadi tumbal, tumbal untuk perbuatannya sendiri, kapan
waktunya? Nanti, saat munculnya anak gembala! di situ akan banyak huru-hara,
yang bermula di satu daerah semakin lama semakin besar meluas di seluruh negara.

yang tidak tahu menjadi gila dan ikut-ikutan menyerobot dan bertengkar. Dipimpin

oleh pemuda gendut! Sebabnya bertengkar? Memperebutkan tanah. Yang sudah punya
ingin lebih, yang berhak meminta bagiannya. Hanya yang sadar pada diam, mereka
hanya menonton tapi tetap terbawa-bawa.

Yang bertengkar lalu terdiam dan sadar ternyata mereka memperebutkan pepesan
kosong, sebab tanah sudah habis oleh mereka yang punya uang. Para penguasa lalu
menyusup, yang bertengkar ketakutan, ketakutan kehilangan negara, lalu mereka
mencari anak gembala, yang rumahnya di ujung sungai yang pintunya setinggi batu,

yang rimbun oleh pohon handeuleum dan hanjuang. Semua mencari tumbal, tapi
pemuda gembala sudah tidak ada, sudah pergi bersama pemuda berjanggut, pergi
membuka lahan baru di Lebak Cawéné!

Yang ditemui hanya gagak yang berkoar di dahan mati. Dengarkan! jaman akan
berganti lagi, tapi nanti, Setelah Gunung Gede meletus, disusul oleh tujuh
gunung. Ribut lagi seluruh bumi. Orang sunda dipanggil-panggil, orang sunda
memaafkan. Baik lagi semuanya. Negara bersatu kembali. Nusa jaya lagi, sebab
berdiri ratu adil, ratu adil yang sejati.

Tapi ratu siapa? darimana asalnya sang ratu? Nanti juga kalian akan tahu.
Sekarang, cari oleh kalian pemuda gembala.

Silahkan pergi, ingat jangan menoleh kebelakang!

Mangga lenyepaneun keur urang Sunda tur bangsa Indonesia sakumna!